Thursday 9 February 2017

TemanBaca: Analisis Film Frozen

TemanBaca: Analisis Film Frozen: ELSA’S CHARACTER: FROZEN ON  PSYCHOANALYSIS By Nurul Wahidiyah Abstract This paper focuses on Elsa’s personality in “ Frozen”  m...

Tuesday 26 May 2015

PRINSIP-PRINSIP DAN LANGKAH–LANGKAH BIMBINGAN DI SEKOLAH




PRINSIP-PRINSIP DAN LANGKAH–LANGKAH BIMBINGAN DI SEKOLAH


 

I.      PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Dalam melaksanakan program bimbingan di sekolah terdapat berbagai komponen. Komponen-komponen yang dimaksud di sini iaiah saluran-saluran untuk melayani para siswa, tenaga-tenaga bimbingan atau kependidikan lainnya, serta orang tua siswa. Salah satu komponen bimbingan adalah evaluasi program yaitu usaha menilai efisiensi dan efektivitas dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya, dan kegiatan-kegiatan dalam rangka program bimbingan dan konseling yang dikelola oleh staf bimbingan pada umumnya. Sebagaimana halnya kegiatan-kegiatan pendidikan yang lain disekolah seperti kegiatan belajar mengajar pada waktu-waktu tertentu harus dievaluasi untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan itu tercapai. Demikian pula hal dalam kegiatan-kegiatan bimbingan di sekolah secara berkala harus dievaluasi. Program bimbingan dan konseling direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan- tujuan tertentu untuk mengetahui sampai seberapa jauh tujuan-tujuan itu tercapai.  Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan di sekolah mutlak di perlukan oleh pengawas. Hal ini merupakan bagian dari kompetensi supervisi manajerial yang harus dilakukannya terhadap setiap sekolah yang berada dalam lingkup binaanya.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apakah prinsip-prinsip dasar bimbingan di sekolah?
2.      Apaka langkah-langkah bimbingan yang dilakukan di sekolah?
3.      Bagaimana peran serta guru dalam pelayanan bimbingan peserta didik di sekolah?
C.      Tujuan
1.      Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar bimbingan di sekolah.
2.      Menjelaskan langkah-langkah bimbingan di sekolah.
3.      Mendeskripsikan peran serta guru dalam pelayanan bimbingan peserta didik di sekolah.
D.      Manfaat
1.      Memahami prinsip-prinsip dasar bimbingan di sekolah.
2.      Memahami langkah-langkah bimbingan di sekolah.
3.      Memahami peran serta guru dalam pelayanan bimbingan peserta didik di sekolah.



II. PEMBAHASAN

A.      Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:
1.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan.
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam umurnya, jenis kelaminnya, status ekonomi sosial keluarga, kedudukan, pangkat dan jabatan, keterikatannya terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi-variasi lainnya. Secara lebih khusus lagi, yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya. Variasi dan keunikan keindividualan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a)      Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status sosial ekonomi.
b)      Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c)      Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.
2.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.
a)      Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.
b)      Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
3.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.
a)      Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b)      Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggi.
c)      Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah.
4.      Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan.
a)      Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya.
b)      Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c)      Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d)     Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingan.
e)      Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
B.       Langkah-Langkah Bimbingan
Agar memudahkan melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, hendaknya perlu diketahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memberikan layanan bimbingan konseling pada siswa terutama mereka yang mempunyai masalah. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:
1.      Identifikasi Masalah
Pada langkah ini yang harus diperhatikan guru adalah mengenali gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa.
Sebagai contoh, Benin seorang siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnya pun mulai menurun. Sebagai guru bimbingan konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru untuk mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu Heni kemudian melakukan evaluai berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalami masalah ”kurang menguasai materi pelajaran“. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya yaitu diagnosis.
2.      Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ”masalah” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajamya menurun. Dari informasi keluarga didapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin sedang mengalami masalah pribadi.
3.      Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutanya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu. Seperti rumusan kasus Benin, maka diperkirakan Benin menghadapi masalah, rendah diri karena orang tua telah bercerai sehingga merasa kurang mendapat perhatian dari mereka. Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang dihadapi Benin, maka dibuat alternatif tindakan bantuan, seperti memberikan konseling individu yang bertujuan untuk memperbaiki perasaan kurang diperhatikan, dan rendah diri. Dalam hal ini konselor menawarkan alternatif layanan pada orang tua Benin dan juga Benin sendiri untuk diberikan konseling. Penawaran tersebut berhubungan dengan kesediaan individu Benin sebagai orang yang sedang mempunyai masalah (klien). Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan:
a)      Pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau kelompok.
b)      Siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu lain yang lebih ahli.
c)      Kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing, maka penanganan kasus tersebut perlu dialihkan penyelesaiannya kepada orang yang lebih berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya. Layanan pemindahtanganan karena masalahnya tidak mampu diselesaikan oleh pembimbing tersebut dinamakan dengan layanan referal.
Pada dasarnya bimbingan merupakan proses memberikan bantuan kepada pihak siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman akan diri sendiri dan sekitarnya, yang selanjutnya dapat mengambil keputusan untuk melangkah maju secara optimal guna menolong diri sendiri dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dan siswa atau individu yang mempunyai masalah tersebut menetukan alternatif yang sesuai dengan kemampuannya.
4.      Pemberian Bantuan
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Pada kasus Benin telah direncanakan pemberian bantuan secara individual. Pada tahap awal diadakan pendekatan secara pribadi, pembimbing mengajak Benin menceritakan masalahnya, mungkin pada awalnya Benin akan sangat sulit menceritakan masalahnya, karena masih memiliki perasaan takut atau tidak percaya terhadap pembimbing. Dalam hal ini pembimbing dituntut kesabarannya untuk bisa membuka hati Benin agar mau menceritakan masalahnya, dan menyakinkan kepada Benin bahwa masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain serta akan dibantu menyelesaikannya. Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali pertemuan saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan jadwal dan sifat pertemuan yang tidak terikat, kapan Benin sebagai individu yang mempunyai masalah mempunyai waktu untuk menceritakan masalahnya dan bersedia diberikan bantuan. Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan transferensi yang positif dimana klien mahu memproyeksikan perasaan ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).
5.      Evaluasi dan Tindak Lanjut
Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dalam kasus Benin, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara pembimbing dengan Benin sendiri, pembimbing dengan orang tua Benin, teman dekat atau sahabat Benin, dan beberapa orang guru. Observasi juga dilakukan terhadap Benin pada jam istirahat, bagaimana Benin bergaul dengan temannya, bagaimana teman-temannya memperlakukan Benin dan sebagainya. Sedang observasi yang dilakukan baik oleh pembimbing maupun guru, yaitu untuk mengetahui aktivitas Benin dalam menerima pelajaran, sikapnya di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran. Pembimbing juga berkunjung kerumah Benin guna mengetahui kondisi rumah Benin sekaligus mewawancarai orang tuanya mengenai sikap Benin di rumah Dari beberapa data yang telah tekumpul, kemudian pembimbing mengadakan evaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya pemberian bantuan telah dilaksanakan dan bagaimana hasil dari pemberian bantuan tersebut, bagaimana ketepatan pelaksanaan yang telah diberikan. Dari evaluasi tersebut dapat diambil langkah-langkah selanjutnya; apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat merubah tindakan atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda sumber.
C.      Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
1.      Peranan Guru dalam Bimbingan dan Konseling
Perkembangn ilmu dan teknologi serta perkembangan social budaya yang berlangsung dewasa ini menyebabkan peranan guru menjadi meningkat dari sebagai pengajar menjadi sebagai pembimbing (konselor). Tugas dan tanggungjawab guru terus meningkat, termasuk fungsi guru sebagai perancang pengajaran (designer of intrucstion), pengelola pembelajaran (manager of intrucstion), pengarah pembelajaran (evaluator of student learning), pembimbing (konselor), dan pelaksana kurikulum (Uno, 2007:22-26)
a)      Guru sebagai Perancang Pembelajaran (Designer of Intrucstion)
Guru sebagai perancang pembelajaran dituntut memiliki kemampuan merencanakan kegiatan belajar yang efektif dan efisien. Untuk itu, seorang guru harus memiliki pengetahuan tenteng prinsip-prinsip belajar sebagai suatu landasan dalam merencanakan system pambelajaran yang meliputi:
1)      Membuat dan merumuskan TIK
2)      Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis dan fungsional aktif.
3)      Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan  kondisi siswa.
4)      Menyediakan sumber belajar (guru sebagai fasilisator).
5)      Media, dalam hal ini guru barperan sebagai mediator.
b)      Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (Manager of Instruction)
Guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut memilki kemampuan untuk mengelola proses KBM sehingga setiap siswa dapat belajar dengan efektif dan efisien. Salah satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan pada guru, hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri. Sebagai manajer guru harus mampu menerapkan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memungkinkan terciptanya situasi belajar yang baik.
c)      Guru sebagai Pengarah Pembelajaran
Guru sebagai motivator dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik.
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu untuk:
1)      Mengenal dan memahami setiap peserta didik.
2)      Membantu setiap peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya.
3)      Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.
4)      Mengevaluasi keberhasilan Rancangan Acara Pembelajaran dan langkah kegiatan yang telah dilakukan.
Untuk itu, guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.
d)     Guru sebagai Evaluator (Evaluator of student Learning)
Dalam hal ini guru dituntut untuk secara terus-menerus memantau prestasi belajar yang telah dicapai peserta didiknya. Hasil yang telah dicapai peserta didik selanjutnya akan dijadikan titiktolak dalam menyempurnakan dan meningkatkan proses  belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang optimal. Tujuan utama penilain adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektifitass dan efisiensi dalam proses pembelajaran, serta untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas maupun kelompoknya.
e)      Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada factor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang tertuang dalam kurikulum resmi. Bahkan meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagal kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru.
Untuk pernyataan tersebut terdapat beberapa alasannya:
1)      guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di kelas.
2)      guru bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran.
3)      gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan di kelas.
4)      guru mempunyai tugas memecahkan segala permasalahan yang dihadapi.
Selain sebagai pelaksana kurikulum, seorang guru harus memiliki tanggung jawab mengembangkan kurikulum. Ini berarti guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru demi penyempurnaan pembelajaran.
f)       Guru sebagai Pembimbing (konselator)
Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mengadakan pendekatan, baik pendekatan instruksional maupun pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar. Guru sebagai pembimbing diharapkan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar :
1)      Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
2)      Bisa membina hubungan yang manusiawi dan dapat berkomunikasi serta bekerjasama dengan bermacam-macam siswa.
2.      Kompetensi Profesional yang dituntut
Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Guru dengan kompetensi professional akan memberikan ruang pada peserta didik untuk secara aktif dilibatkan dalam memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi, serta menyajikan dan memperhatikan pandangan dan hasil kerja mereka kepada yang lainnya.
Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimilliki oleh seorang guru agar dia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi professional (Uno, 2007:18). Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya dengan penekanan pada kemampuan mengajar.
a)         Kompetensi Pribadi
Guru wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik secara benar dan bertanggung jawab. Serta harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi fisiologis dan psikologis dari peserta didik yang dihadapinya.
b)        Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yang dimilki seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungannya.
c)         Kompetensi profesional Mengajar
Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan:
1)      Merencanakan sistem pembelajaran.
Ø  Merumuskan tujuan.
Ø  Memilih prioritas materi yang akan diajarkan.
Ø  Memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
Ø  Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada.
Ø  Memilih dan menggunakan media pembelajaran.
2)      Melaksanakan sistem pembelajaran.
Ø  Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat.
Ø  Mengajarkan urutan pembelajaran secara tepat.
3)      Mengevaluasi sistem pembelajaran.
Ø  Memilih dan menyusun jenis evaluasi.
Ø  Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses.
Ø  Mengadministrasikan hasil evaluasi.
4)      Mengembangkan system pembelajaran.
Ø  Mengoptimalisasi potensi peserta didik.
Ø  Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri.
Ø  Mengembangkan progam pembelajaran lebih lanjut.
Perkembangan orientasi baru dalam dalam proses belajar mengajar disertai dengan berbagai inovasi dalam perkembangan pendidikan, telah menimbulkan tantangan bagi guru untuk meningkatkan peranannya. Monly (1973) dan M. Surya (1983). Mengemukakan bahwa dalam konsep baru belajar mangajar guru mempunyai tugas untuk merangsang, membimbing dan memberi fasilitas belajar mengajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan yang berarti. Selanjutnya dikatakan bahwa guru modern mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas sebagai suatu yang bermanfaat untuk meningkatkan perkembangan peserta didik. Penyampaian materi pelajaran hanyalah suatu kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam fase proses perkembangan peserta didik.
Guru hanya salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar. Maka dangan demikian, peranan guru dalam belajar mejadi lebih luas dan lebih mengarah pada peningkatan motivasi belajar peserta didik. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu untuk senantiasa merangsang anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media.
Selanjutnya guru diharapkan dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga anak dapat belajar secara efektif dalam rangka mencapai karir yang memadai dimasa yang akan datang. Dari uraian diatas jelas bahwa dalam perkembangan masa kini peranan guru telah meningkat dari pengajar menjadi sebagai pembimbing.
3.      Guru yang Berperan sebagai Pembimbing Efektif
Menurut Hutson (1963:72) guru yang dapat berperan sebagai pembimbing efektif adalah guru yang unggul dalam hal-hal sebagai berikut:
a)      Mengajar bidang studi, yaitu guru yang:
Ø  Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang diajarkan.
Ø  Memiliki kecakapan sebagai pemimpin siswa dan sebagai guru yang berorientasi.
Ø  Dapat menghubungkan materi pelajaran kepada pekerjaan-pekerjaan praktis.
b)      Hubungan siswa dengan guru, yaitu guru yang:
Ø  Dicari siswa untuk memperoleh nasihat dan bantuan.
Ø  Mencari kontak dengan siswa di luar kelas.
Ø  Memimpin kelompok dan aktivitas-aktivitas.
Ø  Memilki minat pelayanan sosial.
Ø  Telah membuat kontak dengan rumah.
c)      Hubungan dengan guru, yaitu guru yang:
Ø  Menunjukan kecakapan bekerjasama dengan guru lain.
Ø  Tidak menimbulkan antagonisme.
Ø  Menunjukan kecakapan untuk berdiri sendiri secara kritis.
Ø  Menunjukan kepemimpinan yang tidak mementingkan diri sendiri.
d)     Pencatatan dan penelitian, yaitu guru yang:
Ø  Mempunyai sikap yang ilmiah dan objektif.
Ø  Lebih suka mengukur dan tidak menebak.
Ø  Berminat dalam masalah-masalah penelitian.
Ø  Efisien dalam pekerjaan-pekerjaan klerikal (tulis-menulis).
Ø  Melihat kesempatan untuk penelitian dalam kegiatan klerikal.
e)      Sikap professional, yaitu guru yang:
Ø  Sukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra.
Ø  Telah menunjukan dapat menyesuaikan diri dan sabar.
Ø  Memiliki semangat untuk memberikan layanan kepada siswa, sekolah dan masyarakat.

III.             PENUTUP

A.      Simpulan
Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha penelitian dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimpulan atas dasar data yang diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan dan dan pengarahan staf. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling kemudian untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas srtategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Untuk itu evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling harus sesuai prinsip, prosedur dan metode evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
B.       Saran
1.      Selalu kembangkan faktor-faktor pendidikan, dan belajar bagaimana metode yang baik dan sopan santun dalam mendidik.
2.      Untuk para pengajar hendaknya dapat memberi pengarahan atau bimbingan yang cukup bagi peserta didik agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal sesuai dengan yang diharakan.
3.      Untuk para orang tua hendaknya harus selalu memberi perhatian dan kasih sayang yang mendalam hal ini akan menumbuhkan rasa semangat pada diri anak.



Daftar Pustaka
Erman Amti, 2004, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta.
Dewa Ketut, Desak P.E. Nila Kusmawati, 2008, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:...