Tuesday 26 May 2015

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH



KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH

Pengertian anak usia sekolah menengah dalam makalah kami adalah peserta didik pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sederajat, serta peserta didik pada jenjang sekolah menengah (SMU dan SMK) dan sederajat.
Berikut ini adalah macam-macam perkembangan. Di antaranya adalah:

a)      Perkembangan Fisik/Jasmani

Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah perkembangan fisik. Pada masa remaja, perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada usia 11-12 tahun tinggi badan anak laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, pada usia 12-13 tahun pertambahan tinggi badan anak wanita lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pada usia 14-15 tahun anak laki-laki akan mengejarnya, sehingga pada usia 18-19 tahun tinggi badan anak laki-laki jauh dari wanita, lebih tinggi sekitar 7-10 cm.

b)      Perkembangan Intelektual

Sejalan dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan intelektual berpikirnya. Berkembangnya kemampuan berfikir formal operasional pada remaja ditandai dengan 3 hal penting, yaitu:
a.    anak mulai mampu melihat (berfikir) tentang kemungkinan-kemungkinan.
b.    anak telah mampu berfikir ilmiah.
c.    remaja telah mampu memadukan ide-ide secara logis.
Secara umum kemampuan berfikir formal mengarahkan remaja kepada pemecahan masalah-masalah berfikir secara sistematik.

c)      Pemikiran Sosial dan Moralitas

Keterampilan berfikir baru yang dimiliki remaja adalah pemikiran sosial. Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran logis ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain. Menghadapi keadaan ini berkembang pada remaja sikap egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya.

d)      Perkembangan Pemikiran Politik

Perkembangan pemikiran politik remaja hampir sama dengan perkembangan moral, karena memang keduanya berkaitan erat. Remaja telah memepunyai pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari anak-anak sekolah dasar. Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik yang lebih abstrak, dan telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut. Mereka dapat melihat pembentukkan hukum dan peraturan-peraturan  legal secara demokratis, dan melihat hal-hal tersebut dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat, dan bukan pada kelompok-kelompok khusus.

e)      Perkembangan Agama dan Keyakinan

Perkembangan kemampuan berfikir remaja mempengaruhi perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama. Kalau pada tahap usia sekolah dasar pemikiran agama ini bersifat dogmatis, masih dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat konkret dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya, maka pada masa remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari pemikiran-pemikiran rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau gaib dan meliputi hal-hal yang lebih luas.

v  PERBEDAAN INDIVIDUAL PADA ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Perbedaan pada fisik, dapat diamati langsung oleh guru dengan memperhatikan postur tubuh dari siswa. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan dalam tinggi badan dan berat badan. Perbedaan secara psikis atau psikologi meliputi perbedaan dalam tingkat kecerdasan atau lebih dikenal dengan intelegensi, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam minat, perbedaan dalam sikap, dan kebiasaan belajar.
Dalam pendekatan lain perbedaan individual siswa sekolah menengah dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial (potensial ability) dan kemampuan nyata (actual ability). Kemampuan potensial adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri siswa yang diperoleh secara pembawaan, sehingga memiliki peluang untuk berkembang menjadi kemampuan nyata. Sedangkan kemampuan nyata adalah kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga, karena merupakan hasil usaha atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya. Oleh karena itu kemampuan nyata ini disebut juga prestasi belajar (achievement).
1.      Perbedaan dalam Intelegensi

Pengertian intelegensi merujuk kepada bagaimana cara individu bertingkah laku, cara individu bertindak. Apakah individu bertindak secara intelegen, atau secara tidak intelegen. Intelegensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks yang dimanifestasikan dalam tingkah laku. Aspek-aspek intelegensi dapat meliputi bagaimana individu memperhatikan, mengamati, mengingat, menghayal, memikirkan, serta bentuk-bentuk kegiatan mental lain. Intelegensi adalah kemampuan umum seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat, tepat dan mudah. Indikator perilaku inteligen menurut Whiterington (Abin Syamsuddin M, 1996) antara lain:

a.       Kemampuan dalam menggunakan bilangan
b.      Efisiensi dalam berbahasa
c.       Kecepatan dalam pengamatan
d.      Kemudahan dalam mengingat
e.       Kemudahan dalam memahami hubungan
f.       Imajinasi.

Vernon mencoba menjelaskan tentang intelegensi dalam tiga kategori, yaitu biologis, psikologis, dan operasional. Hasil tes inteligensi dikelompokkan seperti dapat diamati dalam tabel berikut ini.
IQ
Presentase dari populasi
Klasifikasi
140 ke atas
1
Genius (jenius)
130-139
2
Very superior (sangat
120-129
8
unggul)
110-119
16
Superior (unggul)
100-109
23
Average
90-99
23
(normal)
80-89
16
Dull average (mendekati normal)
70-79
8
Borderline (lambat)
60-69
2
Mentally defficient
Di bawah  60
1
Terbelakang

2.      Perbedaan dalam Kepribadian
Perbedaan individual yang kedua dari siswa yang perlu dipahami guru adalah perbedaan dalam kepribadian. Kepribadian berasal dari bahasa Inggris personality. Personality berasal dari personae bahasa Yunani yang artinya topeng. Kepribadian merupakan keterpaduan seluruh ciri-ciri individu, kemampuan, motivasi sebagaimana ditampilkan dalam temperamen, sikap, pendapat, keyakinan, respons emosional, gaya kognitif, karakter, dan moral.
Sekiranya remaja gagal menentukan identitas dirinya, maka remaja menjadi kebingungan (confusion) dalam menemukan identitas dirinya. Ciri utama pada masa ini menurut Erikson adalah Identity versus Confusion. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas ini akan menyebabkan kegagalan remaja menjadi orang dewasa yang memiliki kepribadian terpadu.
Tetapi sebaliknya jika menemukan identitas diri, remaja akan menjelma menjadi manusia dewasa yang memiliki kepribadian terpadu. Di sinilah peran penting guru di sekolah untuk membantu memudahkan penemuan identitas diri remaja.
v  JENIS-JENIS KEBUTUHAN PADA ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Setiap manusia melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs) hidupnya. Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, yaitu viscerugenic dan psychogenic. Kebutuhan viscerogenic adalah kebutuhan secara fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas,dan lain sebagainya yang berorientasi pada kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Sedangkan kebutuhan phsychogenic adalah kebutuhan sosial atau sosial motives. Kebutuhan sosial ini merupakan sumbangan Murray yang berpengaruh hingga saat sekarang. Murray mencoba memilahkan kebutuhan sosial menjadi 20 kebutuhan, yitu:

1.      Abasement Needs (n Aba)
2.      Need for Achievemant (n Ach)
3.      Need for Affiliation (n Aff)
4.      Need for Aggression (n Agg)
5.      Autonomy Needs (n Aut)
6.      Counteraction
7.      Defendance needs
8.      Deference needs (n Def)
9.      Need for Dominance (n Dom)
10.  Exhibition (N Exh)
11.  Harmavoidance
12.  Infavoidance
13.  Nurturance (n Nur)
14.  Order (n Ord)
15.  Play
16.  Rejection
17.  Sentience
18.  Sex
19.  Succorance (Suc)
20.  Understanding



Dari 20 kebutuhan-kebutuhan menurut konsep Murray, kebutuhan yang dominan pada usia sekolah menengah adalah:

a.       Need for Affiliation (n Aff)
b.      Need for Aggression (n Agg)
c.       Autonomy Needs (n Aut)
d.      Counteraction
e.       Need for Dominance (n Dom)
f.       Exhibition (N Exh)
g.       Sex


Berdasarkan kajian tentang kebutuhan pada siswa sekolah menengah berdasarkan konsep kebutuhan Murray, seorang guru semestinya peka terhadap kebutuhan siswanya (terutama 7 kebutuhan yang menonjol pada remaja).

Guru sekolah menengah hendaknya peka terhadap berbagai macam stress atau ketegangan yang dihadapi remaja dan hendaknya menyadari bahwa gangguan-gangguan emosional. Mereka hendaknya memahami bahwa perilaku murung, putus asa, marah yang tidak diketahui sebabnya dapat merupakan kunci bahwa remaja itu membutuhkan bantuan konselor sekolah atau orang dewasa yang terlatih secara psikologis.

Berbagai macam masalah yang dihadapi oleh anak usia sekolah menengah, misalnya: penyalahgunaan obat bius dan alcohol, kejahatan, resiko hamil dan kelahiran-anak atau melahirkan-dini, serta resiko AIDS.

Eccles dan Midgley (1989) mengemukakan bahwa masalah-masalah ini muncul sebagian dikarenakan oleh sekolah menengah pertama sering memiliki jumlah anak lebih besar dan oleh karena itu cenderung mengelompokkan anak lebih sering menurut kemampuan, menggunakan praktek-praktek pemberian nilai yang lebih kompetitif dan normative, dan memberikan kesempatan lebih sedikit bagi pengambilan keputusan oleh anak dibandingkan di sekolah dasar. Perubahan-perubahan ini potensial merusak anak karena perubahan itu datang pada saat anak kemungkinan sekali mengingat peningkatan kesempatan untuk pengambilan keputusan dan kebutuhan interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang peduli.

Aturan-aturan yang jelas, penegakan aturan  yang konsisten, memberikan banyak kesempatan untuk berhasil , dan mempertahankan komunikasi yang sering dengan orang tua dapat memperbaiki perilaku anak di sekolah menengah pertama. Demikian juga halnya, program-program yang membuat sekolah menengah pertama lebih responsive terhadap kebutuhan anak dan lebih memenuhi selera kemungkinan dapat memperbaiki penyesuaian dan hasil belajar anak.

No comments:

Post a Comment