KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Pengertian
anak usia sekolah menengah dalam makalah kami adalah peserta didik pada jenjang
sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sederajat, serta peserta didik pada
jenjang sekolah menengah (SMU dan SMK) dan sederajat.
Berikut ini
adalah macam-macam perkembangan. Di antaranya adalah:
a) Perkembangan Fisik/Jasmani
Salah satu
segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah perkembangan
fisik. Pada masa remaja, perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan
dengan masa-masa sebelumnya. Pada usia 11-12 tahun tinggi badan anak laki-laki
dan perempuan tidak jauh berbeda, pada usia 12-13 tahun pertambahan tinggi
badan anak wanita lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pada
usia 14-15 tahun anak laki-laki akan mengejarnya, sehingga pada usia 18-19
tahun tinggi badan anak laki-laki jauh dari wanita, lebih tinggi sekitar 7-10
cm.
b)
Perkembangan Intelektual
Sejalan
dengan perkembangan fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan intelektual
berpikirnya. Berkembangnya kemampuan berfikir formal operasional pada remaja
ditandai dengan 3 hal penting, yaitu:
a. anak
mulai mampu melihat (berfikir) tentang kemungkinan-kemungkinan.
b. anak
telah mampu berfikir ilmiah.
c. remaja
telah mampu memadukan ide-ide secara logis.
Secara umum kemampuan berfikir formal mengarahkan remaja
kepada pemecahan masalah-masalah berfikir secara sistematik.
c)
Pemikiran
Sosial dan Moralitas
Keterampilan berfikir baru yang dimiliki remaja adalah
pemikiran sosial. Pemikiran sosial ini berkenaan dengan pengetahuan dan
keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan sosial. Remaja
awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran logis
ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain.
Menghadapi keadaan ini berkembang pada remaja sikap egosentrisme, yang berupa
pemikiran-pemikiran subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah sosial yang
dihadapi dalam masyarakat atau kehidupan pada umumnya.
d)
Perkembangan
Pemikiran Politik
Perkembangan pemikiran politik remaja hampir sama dengan
perkembangan moral, karena memang keduanya berkaitan erat. Remaja telah
memepunyai pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari anak-anak
sekolah dasar. Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik yang lebih
abstrak, dan telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut. Mereka dapat
melihat pembentukkan hukum dan peraturan-peraturan legal secara demokratis, dan melihat hal-hal
tersebut dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat, dan bukan pada
kelompok-kelompok khusus.
e)
Perkembangan
Agama dan Keyakinan
Perkembangan kemampuan berfikir remaja mempengaruhi
perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama. Kalau pada tahap usia
sekolah dasar pemikiran agama ini bersifat dogmatis, masih dipengaruhi oleh
pemikiran yang bersifat konkret dan berkenaan dengan sekitar kehidupannya, maka
pada masa remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari pemikiran-pemikiran
rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau gaib dan meliputi
hal-hal yang lebih luas.
v PERBEDAAN
INDIVIDUAL PADA ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Perbedaan pada fisik, dapat
diamati langsung oleh guru dengan memperhatikan postur tubuh dari siswa.
Perbedaan tersebut meliputi perbedaan dalam tinggi badan dan berat badan.
Perbedaan secara psikis atau psikologi meliputi perbedaan dalam tingkat
kecerdasan atau lebih dikenal dengan intelegensi, perbedaan dalam kepribadian,
perbedaan dalam minat, perbedaan dalam sikap, dan kebiasaan belajar.
Dalam pendekatan lain perbedaan
individual siswa sekolah menengah dibedakan berdasarkan perbedaan dalam
kemampuan potensial (potensial ability)
dan kemampuan nyata (actual ability).
Kemampuan potensial adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri siswa
yang diperoleh secara pembawaan, sehingga memiliki peluang untuk berkembang
menjadi kemampuan nyata. Sedangkan kemampuan nyata adalah kecakapan yang segera
dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga, karena merupakan hasil usaha
atau belajar yang bersangkutan dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang
telah dijalaninya. Oleh karena itu kemampuan nyata ini disebut juga prestasi
belajar (achievement).
1. Perbedaan
dalam Intelegensi
Pengertian
intelegensi merujuk kepada bagaimana cara individu bertingkah laku, cara
individu bertindak. Apakah individu bertindak secara intelegen, atau secara
tidak intelegen. Intelegensi berkenaan dengan fungsi mental yang kompleks yang
dimanifestasikan dalam tingkah laku. Aspek-aspek intelegensi dapat meliputi
bagaimana individu memperhatikan, mengamati, mengingat, menghayal, memikirkan,
serta bentuk-bentuk kegiatan mental lain. Intelegensi adalah kemampuan umum
seseorang dalam memecahkan masalah dengan cepat, tepat dan mudah. Indikator
perilaku inteligen menurut Whiterington (Abin Syamsuddin M, 1996) antara lain:
a.
Kemampuan
dalam menggunakan bilangan
b.
Efisiensi
dalam berbahasa
c.
Kecepatan
dalam pengamatan
d.
Kemudahan
dalam mengingat
e.
Kemudahan
dalam memahami hubungan
f.
Imajinasi.
Vernon
mencoba menjelaskan tentang intelegensi dalam tiga kategori, yaitu biologis,
psikologis, dan operasional. Hasil
tes inteligensi dikelompokkan seperti dapat diamati dalam tabel berikut ini.
IQ
|
Presentase dari populasi
|
Klasifikasi
|
140 ke atas
|
1
|
Genius (jenius)
|
130-139
|
2
|
Very superior (sangat
|
120-129
|
8
|
unggul)
|
110-119
|
16
|
Superior (unggul)
|
100-109
|
23
|
Average
|
90-99
|
23
|
(normal)
|
80-89
|
16
|
Dull average (mendekati normal)
|
70-79
|
8
|
Borderline (lambat)
|
60-69
|
2
|
Mentally defficient
|
Di bawah 60
|
1
|
Terbelakang
|
2. Perbedaan
dalam Kepribadian
Perbedaan individual yang kedua
dari siswa yang perlu dipahami guru adalah perbedaan dalam kepribadian.
Kepribadian berasal dari bahasa Inggris personality.
Personality berasal dari personae bahasa
Yunani yang artinya topeng. Kepribadian
merupakan keterpaduan seluruh ciri-ciri individu, kemampuan, motivasi
sebagaimana ditampilkan dalam temperamen, sikap, pendapat, keyakinan, respons
emosional, gaya kognitif, karakter, dan moral.
Sekiranya remaja gagal menentukan
identitas dirinya, maka remaja menjadi kebingungan (confusion) dalam menemukan identitas dirinya. Ciri utama pada masa
ini menurut Erikson adalah Identity
versus Confusion. Kegagalan dalam mengatasi krisis identitas ini akan
menyebabkan kegagalan remaja menjadi orang dewasa yang memiliki kepribadian
terpadu.
Tetapi sebaliknya jika menemukan
identitas diri, remaja akan menjelma menjadi manusia dewasa yang memiliki
kepribadian terpadu. Di sinilah peran penting guru di sekolah untuk membantu
memudahkan penemuan identitas diri remaja.
v JENIS-JENIS
KEBUTUHAN PADA ANAK USIA SEKOLAH MENENGAH
Setiap manusia melakukan kegiatan
dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs)
hidupnya. Murray mengelompokkan kebutuhan menjadi dua kelompok besar, yaitu
viscerugenic dan psychogenic. Kebutuhan viscerogenic adalah kebutuhan secara
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas,dan lain sebagainya
yang berorientasi pada kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Sedangkan
kebutuhan phsychogenic adalah kebutuhan sosial atau sosial motives. Kebutuhan
sosial ini merupakan sumbangan Murray yang berpengaruh hingga saat sekarang.
Murray mencoba memilahkan kebutuhan sosial menjadi 20 kebutuhan,
yitu:
1.
Abasement
Needs (n Aba)
2.
Need
for Achievemant (n Ach)
3.
Need
for Affiliation (n Aff)
4.
Need
for Aggression (n Agg)
5.
Autonomy
Needs (n Aut)
6.
Counteraction
7.
Defendance
needs
8.
Deference
needs (n Def)
9.
Need
for Dominance (n Dom)
10. Exhibition (N Exh)
11. Harmavoidance
12. Infavoidance
13. Nurturance (n Nur)
14. Order (n Ord)
15. Play
16. Rejection
17. Sentience
18. Sex
19. Succorance (Suc)
20. Understanding
Dari
20 kebutuhan-kebutuhan menurut konsep Murray, kebutuhan yang dominan pada usia
sekolah menengah adalah:
a.
Need for Affiliation (n Aff)
b.
Need for Aggression (n Agg)
c.
Autonomy Needs (n Aut)
d.
Counteraction
e.
Need for Dominance (n Dom)
f.
Exhibition (N Exh)
g.
Sex
Berdasarkan
kajian tentang kebutuhan pada siswa sekolah menengah berdasarkan konsep kebutuhan
Murray, seorang guru semestinya peka terhadap kebutuhan siswanya (terutama 7
kebutuhan yang menonjol pada remaja).
Guru sekolah menengah hendaknya peka
terhadap berbagai macam stress atau ketegangan yang dihadapi remaja dan
hendaknya menyadari bahwa gangguan-gangguan emosional. Mereka hendaknya
memahami bahwa perilaku murung, putus asa, marah yang tidak diketahui sebabnya
dapat merupakan kunci bahwa remaja itu membutuhkan bantuan konselor sekolah atau orang dewasa
yang terlatih secara psikologis.
Berbagai macam
masalah yang dihadapi oleh anak usia sekolah menengah, misalnya: penyalahgunaan
obat bius dan alcohol, kejahatan, resiko
hamil dan kelahiran-anak atau melahirkan-dini, serta resiko AIDS.
Eccles dan Midgley (1989)
mengemukakan bahwa masalah-masalah ini muncul sebagian dikarenakan oleh sekolah
menengah pertama sering memiliki jumlah anak lebih besar dan oleh karena itu
cenderung mengelompokkan anak lebih
sering menurut kemampuan, menggunakan praktek-praktek pemberian nilai yang
lebih kompetitif
dan normative, dan memberikan kesempatan lebih sedikit bagi pengambilan
keputusan oleh anak dibandingkan di sekolah dasar. Perubahan-perubahan ini
potensial merusak anak karena perubahan itu datang pada saat anak kemungkinan
sekali mengingat peningkatan kesempatan untuk pengambilan keputusan dan
kebutuhan interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang peduli.
Aturan-aturan
yang jelas, penegakan aturan yang konsisten, memberikan banyak kesempatan
untuk berhasil , dan mempertahankan komunikasi yang sering dengan orang tua
dapat memperbaiki perilaku anak di sekolah menengah pertama. Demikian juga halnya,
program-program yang membuat sekolah menengah pertama lebih responsive terhadap
kebutuhan anak dan lebih memenuhi selera kemungkinan dapat memperbaiki penyesuaian
dan hasil belajar anak.
No comments:
Post a Comment